Minggu, 11 November 2012

Metode Dalam Skripsi



            Berbicara skripsi maka kita akan berbicara gelar sarjana. Betapa banyak skripsi yang telah dibuat oleh mahasiswa yang telah lulus. Namun, apakah jumlah skripsi yang banyak tersebut sejalan dengan banyaknya solusi dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan. Seakan skripsi hanyalah skripsi tanpa ada penerapannya di lapangan, sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
            Tengoklah skripsi yang ada di kampus-kampus terlebih yang berlatar belakang pendidikan. Tumpukan skripsi yang jumlahnya tak terhitung, begitu banyak. Deretan nama sarjana yang sudah lama atau masih baru lulus terlihat jelas disertai dengan judul skripsi ada yang sangat panjang, ada pula yang biasa-biasa, ada yang tebal ada pula yang biasa-biasa, tergantung pada kedalaman materi yang dikajinya dalam penelitian.
            Begitu pula yang penulis lakukan sore beberapa hari kemarin, melihat deretan skripsi, terlihat judul dengan menuliskan pengaruh metode A terhadap pembelajaran B, atau pengggunaan metode X terhadap peningkatan pembelajaran Z, begitu pula yang lainnya, sungguh banyak. Ketika dibaca, setiap skripsi hampir mengatakan, metode yang digunakan oleh guru-guru sekarang terlihat itu-itu saja, jika tidak ceramah maka yang dilakukannya adalah latihan, begitu dan terus begitu. Mahasiswa bak malaikat yang akan meningkatkan kualitas pendidikan negeri ini.
            Hal tersebut tidak salah, bahkan menunjukan hal yang positif, karena mahasiswa ikut serta mengupayakan agar pendidikan di negara kita lebih baik. Namun apa jadinya jika skripsi hanya skripsi, metode hanya metode, sistem hanya sistem yang tertulis di judul skripsi begitu saja, tanpa ada proses panjang guna menindaklanjutinya.
            Pembelajaran merupakan proses panjang yang membutuhkan waktu lama, dana, konsentrasi, kesabaran guna tercapai apa yang menjadi cita-cita bangsa, bukan suatu proses yang simsalabim layaknya jin. Bahkan Rosululloh bersabda dalam sebuah hadisnya yang mengatakan proses pembelajaran membutuhkan kecerdasan, rasa semangat tinggi, kesabaran dalam menyikapi rintangan dan halangan, dana untuk pendidikan,  menghormati guru atau pengajar serta membutuhkan waktu yang lama.
Jadikan skripsi sebagai solusi pemecahan masalah dalam pembelajaran, bukan hanya istilah “yang penting asal lulus, asal di ACC, asal mendapatkan nilai tinggi”. Negeri ini tidak hanya membutuhkan nilai dari manusia namun membutuhkan peningkatan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik. Aamiin!

Penulis :
Mahasiswa Diksatrasia FKIP
Universitas Galuh Ciamis

Metode Dalam Skripsi



            Berbicara skripsi maka kita akan berbicara gelar sarjana. Betapa banyak skripsi yang telah dibuat oleh mahasiswa yang telah lulus. Namun, apakah jumlah skripsi yang banyak tersebut sejalan dengan banyaknya solusi dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan. Seakan skripsi hanyalah skripsi tanpa ada penerapannya di lapangan, sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
            Tengoklah skripsi yang ada di kampus-kampus terlebih yang berlatar belakang pendidikan. Tumpukan skripsi yang jumlahnya tak terhitung, begitu banyak. Deretan nama sarjana yang sudah lama atau masih baru lulus terlihat jelas disertai dengan judul skripsi ada yang sangat panjang, ada pula yang biasa-biasa, ada yang tebal ada pula yang biasa-biasa, tergantung pada kedalaman materi yang dikajinya dalam penelitian.
            Begitu pula yang penulis lakukan sore beberapa hari kemarin, melihat deretan skripsi, terlihat judul dengan menuliskan pengaruh metode A terhadap pembelajaran B, atau pengggunaan metode X terhadap peningkatan pembelajaran Z, begitu pula yang lainnya, sungguh banyak. Ketika dibaca, setiap skripsi hampir mengatakan, metode yang digunakan oleh guru-guru sekarang terlihat itu-itu saja, jika tidak ceramah maka yang dilakukannya adalah latihan, begitu dan terus begitu. Mahasiswa bak malaikat yang akan meningkatkan kualitas pendidikan negeri ini.
            Hal tersebut tidak salah, bahkan menunjukan hal yang positif, karena mahasiswa ikut serta mengupayakan agar pendidikan di negara kita lebih baik. Namun apa jadinya jika skripsi hanya skripsi, metode hanya metode, sistem hanya sistem yang tertulis di judul skripsi begitu saja, tanpa ada proses panjang guna menindaklanjutinya.
            Pembelajaran merupakan proses panjang yang membutuhkan waktu lama, dana, konsentrasi, kesabaran guna tercapai apa yang menjadi cita-cita bangsa, bukan suatu proses yang simsalabim layaknya jin. Bahkan Rosululloh bersabda dalam sebuah hadisnya yang mengatakan proses pembelajaran membutuhkan kecerdasan, rasa semangat tinggi, kesabaran dalam menyikapi rintangan dan halangan, dana untuk pendidikan,  menghormati guru atau pengajar serta membutuhkan waktu yang lama.
Jadikan skripsi sebagai solusi pemecahan masalah dalam pembelajaran, bukan hanya istilah “yang penting asal lulus, asal di ACC, asal mendapatkan nilai tinggi”. Negeri ini tidak hanya membutuhkan nilai dari manusia namun membutuhkan peningkatan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik. Aamiin!

Penulis :
Mahasiswa Diksatrasia FKIP
Universitas Galuh Ciamis

Selasa, 24 Juli 2012

Ibadah Puasa, Media Pendidikan


Yandi Hidayatulloh

            Bulan suci Ramadhan telah tiba dan sedang kita jalani. Tak terasa sudah sampai dibulan yang penuh dengan magfirah dan ampunan, dimana ibadah sunah pahalanya seakan pahala wajib dan ibadah wajib pahalanya  berlipat ganda. Hal seperti ini tidak akan ditemui di bulan-bulan lainnya. Maka dari itu satu hal yang perlu sekali kita perhatikan, jangan sampai bulan suci Ramadhan sekarang berlalu begitu saja, tanpa ada makna yang terasa dalam menjalaninya.
            Ibadah puasa bukan mengajari seseorang untuk menahan makan dan minum saja, namun dalam ibadah puasa kejujuran, kesabaran, sangat diperlukan sekali. Betapa tidak, ibadah puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah Yang Maha Kuasa.
            Puasa dapat dijadikan sebagai media pendidikan, terlepas pendidikan keluarga, lingkungan maupun pendidikan formal, sekolah. JIka kita mendapati puasa sebagai media pendidikan di keluarga, seorang anak yang sedang berlatih atau belajar berpuasa. Memang tak perlu 100 % anak tersebut sampai ke waktu buka (magrib), nemun perlu latihan yang terus-menerus, katakanlah bulan puasa tahun sekarang sampai pukul 12.00, kemudian tahun depan sampai pukul 15.00, dan tahun berikutnya, dengan beranjaknya usia serta kekuatan dalam berpuasa, maka akan bertambah pula kemampuan sang anak dalam menjalankannya.
            Di lingkungan sekitar, puasa mengajari seseorang untuk merasakan kehidupan orang lain, terutama mereka yang dalam keadaan miskin. Dengan ibadah puasa akan menjembatani rasa persaudaraan kita umat muslim dengan mereka yang tak mampu dalam hal ekonomi. Memang sangat miris sekali dilingkungan kita,ada orang kaya yang membeli mobil, bagaikan membeli tempe. Dan begitu sebaliknya jika orang miskin membeli tempe bagaikan membeli mobil. Sungguh ironis sekali keadaan hidup zaman sekarang ini. Semoga dengan menjalankan ibadah puasa dapat mendidik masyarakat untuk peduli terhadap sesama.
            Di lingkungan sekolah atau formal, ibadah puasa mengajari rasa kesabaran dan kejujuran tinggi. Sering orang bilang, mereka yang bersekolah atau kuliah, adalah mereka insan akademik yang nantinya menjadi figur di masyarakat. Walaupun sampai sekarang tidak menjamin semakin tinggi sekolah semakin tinggi nilai moral seseorang. Namun diupayakan mereka yang mengenyam pendidikan tinggi menjadi contoh. Ini dapat diambil dari pendidikan selama menjalankan ibadah puasa. Anak-anak tentu kadar kesabaran dalam menahan lapar dan hausnya berbeda dengan mereka yang sudah dewasa. Jika anak-anak baru sebatas menahan lapar dan haus, maka bagi mereka yang sudah dewasa terlebih tokoh agama, yang secara keilmuan lebih tinggi, tentu tidak hanya menahan lapar dan haus saja, melainkan menahan hawa nafsu. Semoga bulan suci Ramadhan sekarang ini, menjadi media pendidikan yang baik, guna setelah berakhirnya bulan ramadhan, kita menjadi lebih baik. Semoga!!
Penulis :
Pemred Tabloid Linguistika 2012/2013
Diksatrasia FKIP Universitas Galuh Ciamis

Senin, 23 Juli 2012

Perbedaan sebagai Pendewasaan


Yandi Hidayatulloh

            Seakan tak pernah selesai persoalan penentuan hari pertama puasa dan penentuan hari raya Idul Fitri. Tokoh agama dari berbagai ormasmaupun kelompok lainnya memiliki argument yang  bila dipandang, memang kuat dasarnya. Disinilah perbedaan terus terjadi seakan menjadi kebiasaan yang tak pernah hilang bagi umat islam.
            Hal yang perlu dikedepankan dalam menyikapi semua itu adalah kedewasaan dalam mengeluarkan pendapat dan bersikap. Jangan sampai karena perbedaan, terjadinya permusuhan, itulah hal yang sangat dikhawatirkan sekali, terlebih dalam agama, karena agama menjadi hal yang sangat sensitive dalam keseharian setiap manusia.
            Misalkan, kelompok yang menyatakan hari ini puasa,seakan menjadi yang paling benar dan mencemooh kelompok yang menyatakan bahwa besoklah hari pertama puasa. Hal semacam inilah yang patut dihindari. Begitu juga kelompok yang menyatakan besok hari pertama puasa. kadang ikut pula merendahkan yang menyatakan hari ini puasa. Hidup memang tidak akan terlepas dari perbedaan, namun Allah juga menetapkan persamaan dalam kehidupan ini, maka dari itu kita selaku makhluk yang memiliki akal dan hati nurani dituntut untuk dewasa dalam menyikapi segala perbedaan yang ada. Jangan sampai karena berbeda saudarapun tiada.
            Mari kita sama-sama menyikapi perbedaan dengan penuh kebijaksanaan, jangan sampai emosi yang dikedepankan. Ini semua menjadipembelajaran bagi anak-anak generasi selanjutnya, agar meeka ikut bersikap bijak dalam menykapi perbedaan. Intinya jika masih ada persamaan, mengapa harus memandang perbedaan.
Penulis:
Yandi Hidayatulloh
Mahasiswa Diksatrasia
FKIP Universitas Galuh Ciamis


Sabtu, 21 Juli 2012

Hari pertama

Pertama kalinya menjalani ibadah ppuasa Ramadhan di Desa Pananjung-Pantai Pangandaran...Semoga dilancarkan hingga saatnya tiba.Amiin.

Jumat, 20 Juli 2012

Keutamaan Bulan Suci Ramadhan

Bulan Ramadhan 1433 H telah tiba. Dalam bulan yang selalu diliputi keberkahan oleh Allah ini, seluruh umat muslim di seluruh dunia akan menjalankan ibadah shaum selama 30 hari penuh.
Rasulullah sendiri memberikan petunjuk shaum Ramadhan sebagai petunjuk yang paling sempurna. Adapun keutamaan bulan Ramadhan menurut beberapa hadist rasul, adalah sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: Adalah Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari pada seribu bulan, barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Dari Abu Hurairoh RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda? “umatku diberikan 5 perkara pada bulan Ramadhan, yang belum pernah diberikan kepada umat sebelumnya? baunya mulut orang shaum lebih baik di sisi Allah daripada harumnya minyak (wangi), para malaikat meminta ampunan untuk mereka (orang yang shaum) sampai mereka buka, Allah Azza wa jalla menghias setiap hari (orang yang shaum) surganya kemudian Dia berkata, ‘hampir saja hambaku yang sholeh terpeleset kepada maunah dan al-adza’,  setan-setan dibelenggu maka mereka tidak rela kepada (orang-orang shaum yang ikhlas) sehingga mereka rela (kepada orang shaum yang tidak ikhlash), dan diampuni bagi mereka (orang yang shaum) sampai akhir malam.” (rasul) ditanya, “wahai Rasulullah SAW apakah malam itu malam qadar?” Beliau menjawab? “Bukan, akan tetapi orang yang beramal, hanya saja dia akan dibalas pahalanya apabila telah selesai (tuntas) amalnya.”
Adapun keutamaan shaum, diriwayatkan oleh hadist rasul berikut:
Dari Abu Hurairoh ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman, “Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.” Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu: kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi.” (HR. Bukhari)
Shaum sendiri menurut bahasa adalah menahan. Sedangkan dalam kitab At Ta’rifat, definisi shaum adalah menahan yang ditentukan, yaitu: menahan makan, minum, dan untuk suami istri, menahan bersenggama dari subuh sampai maghrib, dengan diserta niat karena Allah.
Dalam kitab Hadyu Rasul ringkasan kitab Zadul Ma’ad yang disusun oleh Muhammad Abu Zaid, petunjuk shaum Rasulullah pada bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian sebelum menunaikan shalat. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma. Jika tidak mendapatkannya, maka dengan air. Disunahkan pula apabila berbuka membaca do’a: Ya Allah untukmu aku telah saum dan atas rizkimulah aku buka (HR. Abudawud). Atau, membaca doa: Dahaga telah hilang, urat-urat leher telah kendur dan pahala telah tetap jika Allah mengijinkan (HR. Abu Dawud)
Jika beliau melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, terkadang beliau meneruskan shaumnya dan terkadang pula berbuka. Beliau juga membiarkan para sahabatnya memilih antara berbuka atau shaum ketika dalam perjalanan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam keadaan junub sehabis menggauli isterinya. Maka beliau segera mandi setelah terbit fajar dan tetap malaksanakan shaum.
Beliau memberi petunjuk bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya Allah yang memberinya makan dan minum. Dengan demikian, tidak membatalkan ibadah shaumnya dan tidak pula meng-qodlo-nya. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan shaum. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan istinsyaq secara berlebihan. Beliau memperbanyak kebaikan, kebajikan, membaca Alquran, serta (peningkatan amalan) yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya, beliau memerintahkan agar mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”
Selain amalan shaum wajib, ada juga ibadah yang utama di bulan Ramadhan, yaitu:
Shalat Tarawekh
    Kepada ‘Aisyah RA, “Bagaimana Shalat Rasulullah pada bulan Ramadhan?” Dia (Aisyah) menjawab, “Tidaklah ia menambahkan pada bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya atas 11 raka’at. Beliau shalat 4 raka’at, maka jangan ditanyakan tentang bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 raka’at, maka jangan ditanyakan tentang bagusnya dan panjangya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at, maka aku (aisyah) bertanya, ‘Wahai Rasulullah kamu tidur sebelum witir?’ Beliau menjawab, ‘Kedua mataku tidur, dan hatiku tidak tidur.’” (HR. Al-Bukhari)
    Sepuluh Hari Akhir Bulan Ramadhan
        Menghidupkan Malam
        Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengencangkan kainnya, menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya.” Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
        Mengakhirkan Berbuka hingga waktu sahur
        Dalam hadits marfu’ dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya), maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur (saja). ” Mereka bertanya, “Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari)
        I’tikaf
        Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”
Selama bulan Ramadhan, ada beberapa 3 hal pokok yang harus diperhatikan. Pertama, sebagian orang apabila datang bulan Ramadhan, mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan melaksanakan badah puasa. Namun, jika Ramadhan lewat, mereka kembali meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan maksiat.
Mereka inilah seburuk-buruk manusia, karena mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja. Tidakkah mereka tahu bahwa pemilik bulan-bulan itu adalah Satu? Berbagai bentuk kemaksiatan adalah haram di setiap waktu dan Allah Maha Mengetahui setiap gerak-gerik mereka di mana saja dan kapan saja.
Maka sebaiknya mereka cepat-cepat bertaubat nashuha, yakni dengan meninggalkan berbagai bentuk kemaksiatan, menyesalinya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya di masa mendatang. Sehingga taubatnya diterima Allah dan diampuni segala dosanya Hal kedua, jika diperhatikan, banyak manusia yang menghabiskan siang hari di bulan Ramadhan hanya untuk tidur mendengkur, sementara malamnya mereka habiskan untuk mengobrol dan bermain-main. Sehingga mereka tidak merasakan shaum sedikit pun, bahkan tidak sedikit yang meninggalkan shalat berjamaah. Untuk orang-orang seperti ini, semoga Allah menunjukinya. Ketiga, sebagian orang malah asyik bergadang sepanjang malam. Hal tersebut hanya membawa dampak negatif, baik berupa obrolan kosong, permainan yang tidak ada manfaatnya, maupun keluyuran di jalanan.

Kamis, 19 Juli 2012

FKIP Unigal Berikan Pembekalan PPL


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unigal menyelenggarakan pembekalan bagi mahasiswa tingkat empat, semester tujuh. Pembekalan yang dimaksudkan memberikan pembelajaran kepada mahasiswa yang siap untuk disebar ke setiap sekolah yang ada di Kabupaten Ciamis. Acara yang dimulai pukul 09.00 tersebut dilaksanakan di Auditorium, Minggu (15/7).
            Mahasiswa FKIP tidak hanya dituntut untuk mampu belajar menimba ilmu saja, namun perlu memiliki kemampuan mengajarkan ke siswanya kelak. PPL disini, dimaksudkan untuk melakukan pelatihan mengajar, sebelum kelak benar-benar mengajar selepas mendapat gelar sarjana.
            Kegiatan PPL yang akan dimulai September - Nopember tersebut, diikuti 1055 mahasiswa yang tergabung dalam satu fakultas, yakni FKIP. Mahasiswa yang terdiri dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Biologi, Pendidikan Akuntansi, dan PJKR disebar ke 20 sekolah yang ada di Kabupaten Ciamis.
            Dalam pembekalan yang diselenggarakan, disampaikan mengenai Etika Mengajar dan Pendidikan Karakter, yang masing-masing disampaikan oleh Dr.Ikin Syamsudin A.,M.Pd. dan Dr. Nia R.,M.Pd. Pemateri pertama, yakni Dr. Ikin S.A.,M.Pd., memaparkan mengenai bagaimana penampilan seorang guru, lebih dari itu mengenai etika saat mengajar.
            “Seorang guru harus memperhatikan penampilannya, mulai dari ujung rambut hingga sepatu harus diperhatikan, jangan sampai menjadi bahan tertawaan peserta didik. Semisal rambut yang panjang hendaklah sebelum PPL merapihkan, pakaian yang dikenakan tidak asal-asalan, jangan sampai kita saat PPL nanti mengajarkan kerapian, namun diri sendiri jauh dari hal yang kita katakan,”ungkap beliau yang mendapat gelar Doktor bidang Kritik dan Esai Sastra, UPI Bandung.
            Sejalan dengan yang disampaikan Pembantu Dekan I, Dr. Ikin Syamsudin M.Pd. tersebut, Dr. Nia R.,M.Pd. pun memaparkan bagaimana menjadi sosok guru yang berkarakter yang nantinya berdampak lurus pada siswa yang kita ajari.
            “Pendidikan di sekolah sekarang ini, tidak hanya bersifat mengajar saja, tanpa nilai moral. Sebagai solusinya pada tahun 2010, dicanangkan pendidikan karakter, jadi apa yang disampaikan oleh guru selaku pengajar, harus berlandaskan sikap yang baik, tidak hanya mengajar lalu selesai tanpa membekas pada akhlak siswa tersebut,”paparnya.
            Seusai pembekalan, Ketua PPL FKIP Unigal, Endang Hardi,Drs.,M.Pd., tidak langsung menutup acara pembekan, namun beliau menyuruh setiap mahasiswa untuk berkumpul sesuai dengan tempatnya PPL September nanti. Mahasiswa yang tergabung pada 20 sekolah tersebut mengambil inisiatif, ada yang memang berkumpul di Auditorium ada pula yang berkumpul di kelas lain.
            Setiap prodi tidak sama rata dalam mengirimkan mahasiswanya untuk PPL, yang berjumlah 1055 mahasiswa tersebut terdiri dari Prodi PJKR 270 mahasiswa, Pendidikan Sejarah 69, Pendidikan Biologi 166, Pendidikan Bahasa Inggris 230, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 209, Pendidikan Akuntansi 112. Dari jumlah tersebut disebar kembali ke masing-masing sekolah yang jumlahnya tidak sama, yakni SMAN 1 Ciamis 50, SMAN 2 Ciamis 71, SMAN 3 Ciamis 44, SMAN 1 Baregbeg 162, SMA Terpadu Arrisalah 41, SMK N 1 Ciamis 58, SMK N 2 Ciamis 72, SMK LPS 1 36, SMK LPS 2 45, SMK Hepweti 40, SMK LPT 21, MAN 1 Ciamis 12, MAN 2 Ciamis 68, SMP N 1 Baregbeg 65, SMP N 3 Ciamis 36, SMP N 5 Ciamis 53, SMP N 6 Ciamis 72, SMP Terpadu Arrisalah 52, SMP N 7 Ciamis 43.
            Diharapkan teori yang selama ini dipelajari di bangku kuliah, dapat dipraktikan di tempat PPL. Sebab teori tanpa praktek rasa-rasanya hanya sebuah mimpi atau bayangan saja. Maka dari itu Panitia PPL, yang diketuai Endang Hardi,Drs.,M.Pd. ini mengharapkan kepada mahasiswa carilah pengalaman yang sebanyak-banyaknya saat nanti PPL. (Yandi Hidayatulloh.Pemred Linguistika)