Yandi Hidayatulloh
Bulan
suci Ramadhan telah tiba dan sedang kita jalani. Tak terasa sudah sampai
dibulan yang penuh dengan magfirah dan ampunan, dimana ibadah sunah pahalanya
seakan pahala wajib dan ibadah wajib pahalanya berlipat ganda. Hal seperti ini tidak akan
ditemui di bulan-bulan lainnya. Maka dari itu satu hal yang perlu sekali kita
perhatikan, jangan sampai bulan suci Ramadhan sekarang berlalu begitu saja,
tanpa ada makna yang terasa dalam menjalaninya.
Ibadah
puasa bukan mengajari seseorang untuk menahan makan dan minum saja, namun dalam
ibadah puasa kejujuran, kesabaran, sangat diperlukan sekali. Betapa tidak,
ibadah puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh orang yang berpuasa itu
sendiri dan Allah Yang Maha Kuasa.
Puasa
dapat dijadikan sebagai media pendidikan, terlepas pendidikan keluarga,
lingkungan maupun pendidikan formal, sekolah. JIka kita mendapati puasa sebagai
media pendidikan di keluarga, seorang anak yang sedang berlatih atau belajar
berpuasa. Memang tak perlu 100 % anak tersebut sampai ke waktu buka (magrib),
nemun perlu latihan yang terus-menerus, katakanlah bulan puasa tahun sekarang
sampai pukul 12.00, kemudian tahun depan sampai pukul 15.00, dan tahun
berikutnya, dengan beranjaknya usia serta kekuatan dalam berpuasa, maka akan
bertambah pula kemampuan sang anak dalam menjalankannya.
Di
lingkungan sekitar, puasa mengajari seseorang untuk merasakan kehidupan orang
lain, terutama mereka yang dalam keadaan miskin. Dengan ibadah puasa akan menjembatani
rasa persaudaraan kita umat muslim dengan mereka yang tak mampu dalam hal
ekonomi. Memang sangat miris sekali dilingkungan kita,ada orang kaya yang
membeli mobil, bagaikan membeli tempe. Dan begitu sebaliknya jika orang miskin
membeli tempe bagaikan membeli mobil. Sungguh ironis sekali keadaan hidup zaman
sekarang ini. Semoga dengan menjalankan ibadah puasa dapat mendidik masyarakat
untuk peduli terhadap sesama.
Di
lingkungan sekolah atau formal, ibadah puasa mengajari rasa kesabaran dan
kejujuran tinggi. Sering orang bilang, mereka yang bersekolah atau kuliah,
adalah mereka insan akademik yang nantinya menjadi figur di masyarakat.
Walaupun sampai sekarang tidak menjamin semakin tinggi sekolah semakin tinggi
nilai moral seseorang. Namun diupayakan mereka yang mengenyam pendidikan tinggi
menjadi contoh. Ini dapat diambil dari pendidikan selama menjalankan ibadah
puasa. Anak-anak tentu kadar kesabaran dalam menahan lapar dan hausnya berbeda
dengan mereka yang sudah dewasa. Jika anak-anak baru sebatas menahan lapar dan
haus, maka bagi mereka yang sudah dewasa terlebih tokoh agama, yang secara
keilmuan lebih tinggi, tentu tidak hanya menahan lapar dan haus saja, melainkan
menahan hawa nafsu. Semoga bulan suci Ramadhan sekarang ini, menjadi media
pendidikan yang baik, guna setelah berakhirnya bulan ramadhan, kita menjadi
lebih baik. Semoga!!
Penulis :
Pemred Tabloid Linguistika
2012/2013
Diksatrasia FKIP Universitas Galuh
Ciamis